Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Model STAD divariasi dengan Make A Match

Pendidikan di Sekolah Dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar baca, tulis hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bemanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan (Susanto, 2014:89), di samping itu juga berfungsi mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di tingkat menengah pertama sebagaimana telah disebutkan dalam Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2010.

Salah satu pelajaran yang wajib diajarkan di SD adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sesuai dengan PP RI No. 32 Tahun 2013 Pasal 77 I yang menyebutkan bahwa mata pelajaran IPS termuat dalam struktur kurikulum di SD.

Materi Perkembangan Teknologi merupakan salah satu dari bagian  materi yang dipelajari oleh siswa kelas IV di SD pada semester genap. Pentingnya bagi anak untuk mempelajari materi ini dalam mengenal perkembangan teknologi yang sangat pesat sekarang, untuk mampu mengikuti perkembangan zaman sehingga anak dapat ikut berperan aktif dalam pemanfaatan teknologi di kehidupannya sehari-hari, hal ini sebagaimana yang dimaksud oleh Susanto (2014:143) yaitu Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat.

Kegiatan belajar mengajar mengharapkan siswa dapat memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru, setelah mendapatkan pemahaman maka diharapkan siswa dapat memecahkan permasalahan dengan menyelesaikan setiap soal yang diberikan dengan jawaban yang benar dan seluruh siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV pada tanggal 18 Februari 2015 diperoleh informasi bahwa pada mata pelajaran IPS, masih banyak hasil belajar siswa yang rendah. Hal ini terlihat pada hasil belajar siswa kelas IV SDN Pemurus Dalam 7 pada ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 untuk mata pelajaran IPS dari 31 siswa hanya 14 siswa yang mencapai KKM (70), sedangkan 17 siswa masih belum mencapai ketuntasan.

Hal ini disebabkan kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sehingga membuat aktivitas dan ketuntasan siswa dalam belajar dapat menjadi rendah. Apabila hal ini terus dibiarkan dapat berdampak pada pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPS, dimana siswa akan kesulitan untuk mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan. Hal ini nantinya juga akan menyulitkan siswa untuk mencapai KKM pada kelas berikutnya bahkan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya tindakan dalam pemecahan masalah. Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model pembelajaran STAD yang divariasi dengan Make a Match sebagai alternatif pemecahan masalah. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Model pembelajaran STAD dan Make a Match merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Julianti (Isjoni, 2012:15-16), pembelajaran kooperatif lebih tepat digunakan pada pembelajaran IPS, karena pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan untuk memotivasi siswa berani mengeluarkan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat.

Dengan pembelajaran kooperatif ini, proses pembelajaran diharapkan akan menghasilkan prestasi akademik yang lebih tinggi untuk seluruh siswa, dan timbulnya kemampuan yang lebih baik untuk menjalin hubungan sosial, meningkatkan rasa percaya diri, dan mampu mengembangkan rasa saling mempercayai di antara sesama teman (Mukhtar dkk, 2007:134).

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut maka peneliti mengambil sebuah judul penelitian tindakan kelas (PTK) mengenai “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Perkembangan Teknologi melalui Model STAD divariasi dengan Make a Match Pada Siswa Kelas IV SDN Pemurus Dalam 7 Banjarmasin”.

Adapun langkah-langkah model STAD divariasi Make a Match yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Membentuk kelompok yang anggotanya sebanyak 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi) (STAD); 2) Guru menyajikan pelajaran/informasi kepada siswa dengan jalan mendemontrasikan atau lewat bahan bacaan (STAD); 3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti (STAD); 4) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi pertanyaanjawaban tentang topik yang sedang diajarkan (Make a Match); 5) Setiap siswa mendapat satu buah kartu (Make a Match); 6) Setiap siswa mencari pasangan atas kartu pertanyaan untuk jawabannya dan sebaliknya (Make a Match); 7) Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa mengenai kartu yang berhasil dicocokkan tentang pertanyaanjawaban kartu tersebut. Pada saat menjawab kuis/pertanyaan tidak boleh saling membantu (STAD + Make a Match); 8) Memberikan evaluasi (STAD); 9) Kesimpulan (STAD).


PERMASALAHAN

Berdasarkan paparan masalah diatas maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran IPS materi perkembangan teknologi menggunakan model STAD divariasi dengan Make a Match pada siswa kelas IV SDN Pemurus Dalam 7 Banjarmasin, serta apakah terdapat peningkatan hasil belajar IPS dengan menggunakan model tersebut.


METODE

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Sugiyono (2014:15) menyatakan penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas juga dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2012:26).

Terdapat empat tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas (Trianto, 2012:36) yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan (4) Refleksi.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV SDN Pemurus Dalam 7 Banjarmasin, yang menjadi subjek perbaikan pembelajaran adalah seluruh siswa kelas IV SDN Pemurus Dalam 7 Banjarmasin pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 32 orang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 18 orang perempuan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi tentang Perkembangan Teknologi. Kelas IV SDN Pemurus Dalam 7 dipilih dalam penelitian ini karena rendahnya hasil belajar IPS.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa serta hasil belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan/ observasi untuk aktivitas guru maupun siswa dan tes untuk hasil belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran STAD yang divariasi dengan Make a Match pada siswa kelas IV SDN Pemurus Dalam 7 Banjarmasin sudah sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran. Hal ini terlihat dari siklus I pertemuan 1 yang mencapai skor 22 (cukup baik) dalam pelaksanaannya meningkat dengan skor 27 (baik) pada siklus I pertemuan 2. Pada siklus II pertemuan 1 mengalami peningkatan kembali dari skor 28 (baik) meningkat pada siklus II pertemuan 2 dengan skor mencapai 30 (sangat baik). Hal ini menunjukkan bahwa guru telah dapat mengorganisasikan pembelajaran dengan efektif. Sesuai dengan pendapat Suprijono (2012:58) yaitu pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Hal ini juga sesuai yang diungkapkan oleh Hamalik (2008:124), guru bertugas memberikan pengajaran di sekolah (kelas). Ia menyampaikan pelajaran agar murid memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan, untuk mencapai tujuan tersebut guru perlu memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan menjadi tanggung jawabnya dan menguasai dengan baik metode dan teknik mengajar.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan pada keaktifan siswa dari siklus I pertemuan 1 dengan persentase pencapaian dari 55,83% (cukup aktif) meningkat menjadi 67,90% (aktif) pada siklus I pertemuan 2. Pada siklus II pertemuan 1 meningkat dengan keaktifan siswa mencapai 72,19% (aktif) dan meningkat kembali pada siklus II pertemuan 2 menjadi 82,10% (sangat aktif). Peningkatan ini terjadi karena ketepatan guru dalam melaksanakan dan menerapkan model pembelajaran STAD yang divariasi dengan Make a Match. Suprijono (2012:46) menyebutkan model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Yulaelawati (2009: 67) yaitu model mengandung maksud tertentu bagi pengguna, menawarkan penyelesaian dari beban pembelajaran dan menyajikan fokus dan arahan untuk mencapai hasil lebih baik.

Hasil belajar siswa kelas IV SDN Pemurus Dalam 7 Banjarmasin mengalami peningkatan. Dari siklus I pertemuan 1 yang memperoleh ketuntasan 66,67% meningkat pada siklus I pertemuan 2 mencapai ketuntasan 87,10%. Pada siklus II pertemuan 1 meningkat dengan ketuntasan mencapai 93,75% dan meningkat kembali pada siklus II pertemuan 2 dengan mencapai ketuntasan 96,77%.

Peningkatan hasil belajar ini merupakan hasil dari penerapan model pembelajaran STAD divariasi dengan Make a Match yang termasuk dalam model pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijono (2012:61), model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Suyadi (2013:62), pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Peningkatan hasil belajar ini juga tidak terlepas dari peran guru. Sejalan dengan pendapat Susanto (2014:13) yaitu guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Sebagai seorang pendidik, guru tentu berupaya agar usaha yang dilakukan dapat berhasil dengan baik sehingga usahanya efektif. Guru yang efektif menguasai sekumpulan cara praktik mengajar (model, strategi, prosedur) dan dapat menggunakannya untuk membelajarkan siswa dalam kelas (Susanto & Sarkonah, 2013:19). Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan tertentu (Susanto & Sarkonah, 2013:21). Hal ini diperjelas oleh Susanto (2014:5) yang menyatakan anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa pembelajaran IPS materi Perkembangan Teknologi dengan menggunakan model pembelajaran STAD yang divariasi dengan Make a Match di kelas IV SDN Pemurus Dalam 7 Banjarmasin pada aktivitas guru terlaksana dengan sangat baik dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan sangat aktif serta meningkatkan hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Isjoni. 2012. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika.

Mukhtar, Samsu, Rusmini. 2007. Pendidikan Anak Bangsa: Pendidikan untuk Semua. Jakarta: Nimas Multima.

Sanjaya, Wina. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Belajar.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan, Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D. Jakarta: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Susanto, Dian Oky & Sarkonah. 2013. Aplikasi Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Jakarta: Multazam Mulia Utama.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Rosda.

Trianto, 2012. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas [Classrom Action Research]: Teori dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Yulaelawati, Ella. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Karya.